Hai guys ! Kali ini aku mo ngepost nih ...
Langsung aja dech cekidott .......
Ceritanya satu minggu yang lalu aku melaksanakan ujian praktek, lebih tepatnya sih ujian praktek seni budaya sub teater, *cieelahh kaya ngerti seni ajah*. Drama nya itu berkelompok, dan kelompokku terdiri dari 5 makhluk *nahloh*. Siapakah gerangan 5 makhluk yang imut-imut dan ngegemesin itu?? personil dari 5 makhluk itu adalah Aku, Een, Wika, Ninda dan Fajar. Kita kita ini membawakan sebuah drama yang berjudul "MALIN KUNDANG" *prokprokprok*.
Nih aku kenalin tokoh-tokohnya...
- Fajar Wahyu Saputra sebagai Malin Kundang
- Een Widiya Ningsih sebagai Ibunya Malin
- Wika Gustiah sebagai Dimas dan Pencopet
- Ayu Damayanti sebagai Cahaya
- Septianinda P. sebagai Ayahnya Cahaya
Nah itu dia pemeran drama Malin Kundang, gimana oke kan? kece-kece kaaan? ya dong hehe..
Disebuah desa hiduplah seorang
pemuda yang bernama Malin. Ia hidup bersama ibunya, sedangkan ayahnya pergi
menelantarkan mereka dan tidak tau ada dimana sekarang. Suatu hari, Malin sedang
berbincang-bincang di kebun dengan temannya yang bernama Dimas.
Malin Kundang : “Aduh Dim, aku ingin sekali punya banyak uang agar bisa membantu ibu ku”
Dimas : “Ya kamu harus bekerja lah Lin, kalau tidak ya bagaimana bisa kamu punya uang”
Malin kundang : “iya sih, tapi kerja apa lagi? Di desa kita kan yang ada cuma bertani dan bertani, itu pun upahnya sangat sedikit”
Dimas : “Bagaimana kalau kau
pergi merantau ke Kota saja, siapa tau kau mendapat pekerjaan yang lebih baik”
Malin
Kundang : “Iya yah, aku juga
bisa sekalian mencari ayah ku di Kota”
Dimas : “Benar itu Lin”
(kesesokan harinya malin kundang meminta izin
kepada ibunya)
Malin
kundang : “ bu boleh kah malin
pergi merantau?”
Ibu : “pergi merantau kemana nak?”
Malin kundang : “ waktu malin kecil ibu sudah pernah bilang bahwa ayah akan pulang, ternyata sampai sekarang ayah belum pulang, malin juga bermaksud untuk menyusul ayah bu”
Ibu : “ibu khawatir nak, merantau itu sangat berbahaya”
Malin kundang : “ tapi bu, malin sudah besar, lagi pula malin sudah bisa menjaga diri sendiri dengan baik”
Ibu : “ya sudah terserah kamu saja, tetapi ibu ingin mengingatkan kamu saja jangan sampai kamu melupakan ibu”
Malin kundang : “ya bu malin berjanji tidak akan melupakan ibu”
Ibu : “pergi merantau kemana nak?”
Malin kundang : “ waktu malin kecil ibu sudah pernah bilang bahwa ayah akan pulang, ternyata sampai sekarang ayah belum pulang, malin juga bermaksud untuk menyusul ayah bu”
Ibu : “ibu khawatir nak, merantau itu sangat berbahaya”
Malin kundang : “ tapi bu, malin sudah besar, lagi pula malin sudah bisa menjaga diri sendiri dengan baik”
Ibu : “ya sudah terserah kamu saja, tetapi ibu ingin mengingatkan kamu saja jangan sampai kamu melupakan ibu”
Malin kundang : “ya bu malin berjanji tidak akan melupakan ibu”
Esok paginya berangkatlah Malin ke kota untuk mencari pekerjaan.
Tempat demi tempat ia datangi,tetapi hasilnya nihil.
Sampai suatu ketika Ia melihat seorang wanita cantik sedang belanja di pasar.Tiba-tiba tas sang wanita tersebut dijambret oleh seorang lelaki.
Cahaya : “Tolong, jambret !!!!! jambret!!!!!”
Malin segera menolong Cahaya dan mengejar pejambret tersebut.Akhirnya Ia berhasil menangkap pejambret itu dan menghakiminya.
Pejambret : “Ampun bang, ampun . . . “
Malin : “ Kurang ajar kau, beraninya hanya dengan perempuan !!”
Pejambret : “Ampun bang . . Ampun !!”
Malin : “Ikut saya kekantor polisi !”
Lalu sang pejambret dibawa Malin ke kantor polisi untuk mendapat proses hukum selanjutnya.
Cahaya : “Terimakasih ya sudah menolong saya, untuk ungkapan rasa terimakasih, maukah anda kerumah saya dulu . . ?”
Malin : “Tentu nona”
Cahaya : “Jangan panggil saya nona, nama saya cahaya”.
Singkatnya, Malin tiba dirumah cahaya dan kemudian berkenalan dengan sang ayah.
Cahaya :
“Assalamualaikum” (masuk ke rumah)
Ayah :
“Waalaikum salam, masuk saja nak”
Cahaya : “Iya Ayah, Terima kasih”
Ayah : “Siapa pemuda itu
Cahaya”
Cahaya :
“Ini Malin yah”
Malin : “Saya Malin Tuan”
(Sambil menjabat tangan)
Ayah : “Oh iya saya Ayah
nya Cahaya, Mengapa kau bawa dia kesini Cahaya?”
Cahaya : “Karena
Malin telah menolong Cahaya saat Cahaya hendak di jambret tadi yah”
Ayah : “Apa?! Kamu di
jambret? Lalu bagaimana keadaan mu nak? Apa kamu baik baik saja?
Cahaya : “Tenang
saja ayah, cahaya baik baik saja. Untung saja tadi ada Malin yang menolong
Cahaya yah”
Ayah : “Terima kasih anak
muda, kau telah menolong anak ku. Lalu apakah kamu sudah mempunyai pekerjaan?
Malin
: “Sampai
sekarang belum tuan, saya baru datang dari desa”
Ayah : “Kalau begitu
bagai mana kalau saya angkat kau sebagai karyawan ku? Apakah kamu bersedia?”
Malin : “Tentu saja Tuan,
Saya bersedia”
Ayah : “berarti mulai
sekarang kau bisa bekerja padaku Malin”
Malin : “Baik Tuan terima
kasih banyak Tuan” (sambil menjabat tangannya)
Cahaya : “Terima
kasih Ayah”
Ayah : “Iya iya
sama-sama”
Semenjak kejadian itu Malin diangkat
sebagai karyawan dan menjadi akrab dengan cahaya. Karena
keakrabannya,sampai-sampai Malin hampir tidak ingat lagi dengan sang Ibu
dikampung. Tidak lama kemudian,mereka menikah.
Setelah menikah dengan Cahaya,Malin bekerja sebagai karyawan mertuanya.
Tak sengaja,kapalnya singgah di desa suka maju,tempat Ia dan Ibunya tinggal. Seorang kerabat melihat Malin bertepi dan segera mengabarkan Ibu Malin.
Setelah menikah dengan Cahaya,Malin bekerja sebagai karyawan mertuanya.
Tak sengaja,kapalnya singgah di desa suka maju,tempat Ia dan Ibunya tinggal. Seorang kerabat melihat Malin bertepi dan segera mengabarkan Ibu Malin.
Dimas : “Mak,mak.. Malin pulang mak,dia bertepi di pelabuhan!!!”
Ibu : “Malin pulang??Terimakasih Dimas atas kabarnya!”
Syukur Alhamdulillah anakku pulang (dalam hati)
Dimas : “Ayo Mak,kita kesana!”
Mendengar kabar itu sang Ibu merasa senang sekali. Hari yang ditunggu sang ibu pun tiba.
Dimas : “Malin.....!! Malin............!! (lari sambil berteriak)
Ibu : “Malin , Malin
(berteriak), Malin anakku , kau sudah kembali nak. Ibu sangat merindukanmu.”
Cahaya : “Siapa permpuan tua ini kang?”
Cahaya : “Siapa permpuan tua ini kang?”
Malin : “Siapa kau ?? Ibu ku sudah
lama meninggal!!!”
Dimas : “Dia ibu mu Malin... Masa kau
lupa dengan ibumu sendiri”
Ibu : “Ini Ibumu nak,aku yang melahirkan dan membesarkanmu,mengapa engkau seperti ini??”
Malin : “Tidak,kau bukan Ibuku,Ibuku telah meninggal.”
Cahaya : “Apa benar dia itu Ibumu Kang??Lalu kenapa engkau tidak mengakui dia??”
Malin : “Tidak !! Dia bukan Ibuku !! (sambil mendorong ibunya hingga terjatuh)
Ibu : “Ini Ibumu nak,aku yang melahirkan dan membesarkanmu,mengapa engkau seperti ini??”
Malin : “Tidak,kau bukan Ibuku,Ibuku telah meninggal.”
Cahaya : “Apa benar dia itu Ibumu Kang??Lalu kenapa engkau tidak mengakui dia??”
Malin : “Tidak !! Dia bukan Ibuku !! (sambil mendorong ibunya hingga terjatuh)
Dimas : “malin mengapa kamu menjadi sombong seperti itu, dan
tidak mau mengakui ibumu sendiri..?”
Ibu : “Malin ini Ibu nak , ini ibuuu” (sambil
menggoyang - goyangkan kaki Malin)
Malin
: “Alaaahh tidak usah mengaku – ngaku jadi
ibuku, kau bukan ibuku !! Ayo Cahaya lebih baik kita pergi dari sini”
Cahaya : “Baiklah kang”
Kemudian sang ibu menangis sedih, anak yang dilahirkan dan dibesarkannya tidak mengakuinya.
Air matanya berlinang. Malin segera pergi dari desa.
Ibu : “Ya ALLAH,mengapa anakku satu-satunya seperti itu??Aku yang melahirkan dan membesarkan dia Ya ALLAH.Berilah Ia teguranmu,sesungguhnya Ia adalah anak yang durhaka!!!”
Tiba-tiba di tengah perjalanan,badai datang,angin bertiup kencang,gelombang air laut naik,kilat menyambar-nyambar,kapal pun terguncang.
Malin : “Ada apa ini??Badai begitu besar”
Tiba-tiba kilat menyambar malin.
Malin : “Aaaaarrrrrggggghhhhh……!!!!!!!!”
Seketika Ia menjadi batu…
Yahh begitulah ceritanya.. hehe jangan kita tiru yach perbuatan Malin tadi, DON'T TRY THIS AT HOME ! (di tempat lain boleh asal jgn di rumah) *nahloh.
Kami 5 makhluk yang imut-imut dan ngegemesin mohon undur diri. terimakasih sudah membaca cerita kami. Tunggu cerita kami yang lain yah ! :) dadah....... :*
Udah deh segitu aja postingan ku kali ini , pegel nulisnya broh ! hehe :D